Dilematik Sang Prajurit.

Tulisan ini hasil karya Kang Lesung Pipi3t yang dikirimkan melalui komentar di topik medan laga.

Sang PrajuritSebuah tulisan yang mengulas tentang “konflik batin” berkaitan dengan sifat “humanistik” Sang Prajurit.

Alkisah ada dua kerajaan yang bermusuhan, saling berperang dan menghancurkan, di ceritakan kerajaan ‘B’ akan menyerbu kerajaan ‘A’ dengan kekuatan yang sangat besar sampai-sampai tanah bergetar karena derap langkah pasukan kerajaan ‘B’, mengetahui itu raja menitahkan kepada saya untuk pergi ke istana kerajaan ‘B’, “saya tugaskan kamu, untuk membunuh raja ‘B’ karena pasti penjagaan di sana sedang lemah sebab seluruh pasukannya menuju kesini” dengan segala hormat saya menjalankan perintah raja, benar saja saya dengan mudah menyelinap masuk dan berhasil membunuh/ memenggal raja ‘B’ mengetahui raja ‘B’ dibunuh, sang istri/permaisuri murka, mengamuk hingga saya terdesak, beruntung saya bisa lolos dan menghindar pergi dengan cepat (terbang ? Menjadi burung merpati ?) saya lihat mata permaisuri seperti terbakar, penuh amarah dan dendam “hari ini mungkin kau lolos, tapi esok atau lain kehidupan aku pasti mendapatkanmu, aku akan terus memburumu dan anak turunanmukata-katanya begitu menusuk, saya gelisah memikirkannya, bersamaan dengan itu dari atas saya melihat iring-iringan pasukan kerajaan “B” yg kembali, masih terlihat sangat banyak, apa yg terjadi ? (Kerajaan “A” kalah ? Hancur ?) Saya semakin gelisah, dalam perjalanan pulang rasa bangga karena berhasil dalam tugas sedikit demi sedikit luntur, benarkah yang saya lakukan ini ? Demi pengabdiankah ? Menghormati junjungan ? Atau hadiah / penghargaan yg akan saya terima ? Sebandingkah dengan menghilangkan nyawa  seorang suami (bagi istri/ permaisuri), seorang ayah (bagi2 anak2 raja “B”) ataupun seorang pemimpin yg mungkin baik bagi rakyat kerajaan “B” ? Bagaimana nasib keluarga saya disana ?

TITAH TERAKHIR SANG RAJA

Atas nama Raja, saya berikan tugas terakhirku kepadamu, kawal dan lindungilah putra mahkota apapun yang terjadi, teruslah bergerak keselatan, himpunlah kembali pasukan- pasukan yang tersisa untuk meneruskan kerajaan, masa depan kerajaan ini kuserahkan kepadamu.”

*****************************************************

Pemenang dan Korban

Dariatas saya melihat sisa- sisa peperangan yang mengerikan, korban peperangan, bangunan yang hancur, deretan prajurit yang bersimpuh menunggu ajal, sungguh pemandangan yang memilukan. Kehancuran kerajaan “A” kian jelas ketika panji- panji kerajaan “B” berkibar di sekitar istana kerajaan, tanda kemenangan ? darahku mendidih, ingin rasanya saya turun dan menghancurkannya, tapi batinku menyuruh untuk menghindarteruslah bergerak, teruslah menuju selatan”.

Dengan menahan amarah saya terus mengikuti naluri untuk menyingkir keselatan, meneruskan perjalanan, sampai akhirnya saya melihat iring- irangan putra mahkota kerajaan “A”. Hanya tersisa sebagian kecil prajurit pengawal putra mahkota, abdi-dalem, dan sebagian kecil rakyat yang beruntung masih bisa selamat dalam serangan yang mengerikan, raja, patih dan panglima-panglima pasukan gugur dalam perang mempertahankan kerajaan. Malam itu disaksikan wajah- wajah putus asa dan kesedihan yang mendalam saya mengikrarkan janji setia, dan sumpah untuk memegang teguh amanah terakhir sang raja.

Hari- hariberganti, dari telik sandi yang dikirim tersiarlah kabar bahwa keluarga saya masih hidup (menjadi tawanan) jika saya tidak datang menyerahkan diri (dan putra mahkota) maka seluruh keluarga saya akan dieksekusi (mati). Sungguh jalan yang teramat sulit untuk dilalui, sebuah pilihan yang semua orang pasti enggan mendapatkannya. Pada akhirnya saya memutuskan kembali memilihjalan prajurit”, mengorbankan semuanya untuk sebuah bentukPengabdian”, pengabdian kepada kerajaan.

Sekian.

27 Komentar

Filed under Uncategorized

27 responses to “Dilematik Sang Prajurit.

  1. Jempol utk Kang Lesungpipi3t. Nunggu cerita lanjutannya……

  2. omie

    Permisi… numpang komentar pak komendan.
    Salam jumpa lewat udara eyang Wagerrrrr, kang Lesungpipi3t dan para pengunjung. Rupanya ada beberapa menu baru yang “nyooossshh”.
    Terimakasih saya ucapkan buat para komunitas disini yang telah memberikan semangat dan dorongan terutama buat bang KK, kang JS, kang GP, kang Pelayan… akhirnya saya bisa menyelesaikan pendidikan S3 beberapa hari yll … agak sedikit “pamer” nih…. bukan nyombong lho… karena tanpa nasihat para sesepuh disini maka yg pasti saya akan mengundurkan diri karena patah semangat berulang-ulang tidak lulus.

    Btw…. Ngikut simbah….. jempol buat kang Lesungpipi3t, tulisan yg penuh makna untuk kita resapi dan pelajari.

    • omie

      Salam pak Komendan O-O.
      Terima kasih banyak atas ucapan selamat dari komendan.
      Ah… hanya lulusan dalam negri saja kok ndan, dan maaf.. tak perlu disebut gelar doktornya…. cukup Omie saja.
      Kiriman tulisan?….. whaaalllaahh…. manalah ada kemampuan nulis kepemimpinan… belum ada pengalaman ndan, selama ini cuma mimpin 3 orang saja yaitu mimpin diri sendiri, mimpin istri dan mimpin anak.
      Tapi memang pernah jadi pemimpin… dalam mimpi….xixixi

      • O-O

        Salam Kang Omie.
        OK…OK… cerita pengalaman jadi pemimpin dalam mimpi juga OK.
        Ditunggu tulisan mimpinya kang.

  3. lesungpipi3t

    salam pak komandan, simbah wage, kang omie
    saya coba teruskan ya, semoga berguna…

    TITAH TERAKHIR SANG RAJA
    “Atas nama Raja, saya berikan tugas terakhirku kepadamu, kawal dan lindungilah putra mahkota apapun yang terjadi, teruslah bergerak keselatan, himpunlah kembali pasukan-pasukan yang tersisa untuk meneruskan kerajaan, masa depan kerajaan ini kuserahkan kepadamu.”
    ********************************************************************************
    Dari atas saya melihat sisa-sisa peperangan yang mengerikan, korban peperangan, bangunan yang hancur, deretan prajurit yang bersimpuh menunggu ajal, sungguh pemandangan yang memuakan. Kehancuran kerajaan “A” kian jelas ketika panji-panji kerajaan “B” berkibar disekitar istana kerajaan, tanda kemenangan ? darahku mendidih, ingin rasanya saya turun dan menghancurkannya, tapi batinku menyuruh untuk menghidar “teruslah bergerak, teruslah menuju selatan”
    Dengan menahan amarah saya terus mengikuti naluri untuk menyingkir keselatan, meneruskan perjalanan, sampai akhirnya saya melihat iring-irangan putra mahkota kerajaan “A”. hanya tersisa sebagian kecil prajurit pengawal putra mahkota, abdi dalem, dan sebagian kecil rakyat yang beruntung masih bisa selamat dalam serangan yang mengerikan, raja, patih dan panglima-panglima pasukan gugur dalam perang mempertahankan kerajaan. Malam itu disaksikan wajah-wajah putus asa dan kesedihan yang mendalam saya mengikrarkan janji setia, dan sumpah untuk memegang teguh amanah terakhir sang raja.
    Hari pun berganti, dari telik sandi yang dikirim tersiarlah kabar bahwa keluarga saya masih hidup (menjadi tawanan) jika saya tidak datang menyerahkan diri (dan putra mahkota) maka seluruh keluarga saya akan di eksekusi (mati). Sungguh jalan yang teramat sulit untuk dilalui, sebuah pilihan yang semua orang pasti enggan mendapatkannya. Pada akhirnya saya memutuskan kembali memilih “jalan keprajuritan”, mengorbankan semuanya untuk sebuah bentuk “Pengabdian” pengabdian kepada kerajaan.
    Sekian.

  4. lesungpipi3t

    maaf pak komandan, jika tulisannya terlalu sederhana dan mengada-ada.. hehe

    • O-O

      Lho… itu tulisan berkwalitas sangat bagus, heroik dan tragis… kondisi tersebut sesuai dengan kenyataan bahwa keluarga prajurit harus paham dan menerima apapun risiko yang akan terjadi… seperti kondisi keluarga akang dimasa yg lalu (rupanya Kang Lesung ini isinya adalah seorang panglima kerajaan jaman dulu). Semoga akang bisa bertemu kembali dengan keluarga akang di jaman ini. Salam hormat buat keluarga akang dimasa lalu.

  5. lesungpipi3t

    salam Pak Komandan..
    sebenarnya beberapa tahun yang lalu kisah yang hampir mirip itu terjadi lagi, saat perang kemerdekaan (agresi militer belanda) yang ke II klo tidak salah, pada waktu itu seorang tentara TKR ? sedang gelisah luar biasa sebab di kediamannya istrinya sedang hamil tua, hampir melahirkan anak pertamanya.. keadaan waktu itu masih berbahaya, apa lagi bagi seorang tentara, komandan tentara tersebut sudah menasehatinya untuk menahan diri untuk tidak keluar, tapi sepertinya takdir berkata lain tentara tersebut memaksa diri untuk menjemput sang istri, dan calon buah hatinya.. apa daya pasukan belanda (NICA) mendapati kediamannya.. berondongan peluru menembus tubuhnya, tentara tersebut akhirnya meninggal…
    beruntung sang istri selamat meskipun juga terkena beberapa tembakan.. dari rahim ibu tersebut lahirlah seorang putri (budhe saya) sang istri tersebut merupakan nenek saya (dari ibu).
    *****************************************************
    maaf pak komandan, cerita prajurit di atas cm khayalan saya saja. bukan cerita masa lalu saya. hehe

    • dewi

      @ Lespi3t, Komandan, Wager, JS, Nurkahuripan, Omie, All,

      Makasih mas Lespi3t, kami menyimak serial cerita keluarga njenengan, semoga akan bisa menemukan titik terang benang merahnya.

      How to response the dilematik of a human being?… tidak ada yang lebih dari sisi ke-humanistik-an seorang manusia kecuali pengalaman pribadi 🙂

      I guess we`re all always be the soldier of fortune ya ^_^ ….

      • O-O

        Salam Ning Dewi, Kang Lesung, Kang Wager, Kang Nur, Kang Omie, Cak JS dan saudara-saudara semua.
        Betul ning Dewi, cerita seseorang akan berbeda antara pengalaman dengan khayalan… hmmm… kecuali seorang penulis profesional dan handal yg mampu bercerita seakan-akan benar-benar mengalaminya. Maap… bukan menyepelekan kang Lesung, jadi saya menyimpulkan pasti ada pengalaman di bawah alam sadar yang menginspirasi timbulnya cerita tersebut. Mungkin kang Lesung ada darah yg berasal dari India/Pakistan atau Thailand/ Khmer/ Burma ?

      • lesungpipi3t

        salam pak komandan, mbak dewi, kang omie…
        benar pak komandan, memang kisah itu terinspirasi dari mimpi hehe..
        sangat susah sekali menuliskan keadaan yg sebenarnya, maksudnya saya tidak ingin lebih menonjolkan sisi pengorbanannya, tp yg tertulis malah kebanyakan hal tentang pengorbanan si tokoh utama, makanya ending yang terakhir dari sepenggal kisah itu tidak mau saya tampilkan. yang terpenting si tokoh utama sudah berusaha untuk memutuskan rantai dendam yg turun temurun, meski akhirnya kehilangan nyawanya.. begitu pak hehehe

      • lesungpipi3t

        terima kasih kembali mbak dewi…
        @pak komandan, klo itu saya kurang tau, bagaimana cara mengetahuinya pak ? yang saya tau mbah buyut saya itu orang jawa semua..

  6. omie

    Salam Komendan, Jeng Denok-Deblong, kang Lesung, eyang Wagerrrrrr.
    😦 huk..huk..uhuk… 😥 kok jadi ingat nasib pahlawan kita…
    Sersan Dua Usman Janatin dan Kopral Harun Said (anggota KKO/ Marinir) yang sedang menjalankan tugas negara untuk sabotase di wilayah Malaysia (saat konfrontasi Malaysia) pada tgl 11 Maret 1965 dan akhirnya tertangkap oleh tentara Inggris (http://ourstory.asia1.com.sg/merger/headline/mterror1.html
    Saat pemboman, Singapura masih menjadi bagian dari Malaysia yang pada tanggal 6 Agustus 1965 baru dilepaskan dari persekutuan oleh Tengku Abdul Rahman sehingga menjadi negara merdeka yaitu Singapura pada tanggal 9 Agustus 1965. http://countrystudies.us/singapore/10.htm
    Jadi pada saat peledakan bom, peristiwa itu terjadi masih di wilayah negara Malaysia dan bukan di wilayah negara Singapura yang baru terbentuk setelah kejadian pemboman.
    Jadi sebenarnya negara Singapura telah melakukan pembunuhan terhadap tawanan perang… dan itu melanggar Konvensi Jenewa.
    Kenapa pemerintah kita diam saja dan tak mengungkapkan fakta ini?
    Salam pusing.

    • O-O

      Duuuhh… kepalaku ikutan pusing baca komentar Kang Omie.
      Terimakasih Kang Omie, telah mengirimkan tulisan yg bikin pusing… hhhh.
      Salamikutanpusingdotcom.

  7. Asiiiiiik. Padepokan mulai ramai, kagak jadi digulung. Apalagi kalau nanti muncul artikel lanjutannya : “Dilematik Sang Komandan”

    Maksudnya Komandan ……………………..blog abal2

  8. O-O

    Salam Kang Wager……Hehehe…….. ada deh.
    Salam Kang Lesungpipi3t…. sebenarnya inti topik dilematis ini adalah adanya konflik internal dalam diri si prajurit untuk mengambil sikap/ keputusan maupun kejadian yang dialami setelahnya. Cerita yang sepenggal ini sudah bagus…. apalagi bila seluruh mimpi Kang Lesung dituangkan lengkap…. pasti akan lebih-lebih amat bagus. Tentang cara untuk mengetahui asal leluhur ada beberapa cara sederhana yaitu mengetahui lokasi tempat pemakaman buyut ke atas (sampai kakek dari kakeknya kakek buyut), ciri lain adalah dari warna kulit dan tipe rambut maupun tipe raut wajah, cara lain yg lebih pasti adalah pemeriksaan genetik.
    Cara mengetahui secara supranatural… hmmm… mungkin Kang Senyum atau Kang Old China Man bisa membantu.
    Salam Kang Omie, Ning Dewi, Kang Nur dan para saudara semua.

  9. senyum

    Salam sedulur sedoyo,
    saya jadi teringat cerita ini tentang 2 kerajaan yang berselisih, kerajaan A / manusia A bersenjata senter (seharusnya untuk memberikan penerangan jalan langkah kaki kehidupan pada rakyatnya) dan kerajaan B manusia B bersenjata kaca pembesar (seharusnya memberikan detail suatu jalan kehidupan buat rakyatnya)… sumber energinya sama yakni menggunakan TERANG CAHAYA…

    Operatornya dari kerajaan A dan B adalah 2 manusia yang berbeda, masing2 punya visi misi yang tidak sama… nah itulah uniknya… akhirnya memang harus diselesaikan…

    Penyelesaian pertama secara perdamaian dan yang kedua bisa damai bisa perang ata hermaprodit sewaktu2 bisa damai atau perang atau digantung… dan yang ketiga perang…

    Perdamaian itu bisa tercapai dan menjadi langgeng bila operator2 itu dalam menyelesaikan perselisihan dilandasi oleh sifat sifat hati pikiran dan tindakannya yang bener jujur lurus adil dst tak ada maksud tersembunyi dibalik perundingan itu tak ada rasa syirik curiga dll pada saat terjadi perundingan satu meja…
    Bila perundingannya itu hati pikiran tidakan tidak sejalan (tidak jujur dll itu) maka perundingan itu akan sia2 belaka dan tentu di kemudian hari akan menjadi perselisihan lagi dan bisa menjadi PERANG kembali…

    Negara A bisa menggunakan senternya menjadi senjata bila senternya itu misalnya digebukin ke operator B, dan sebaliknya negara B akan menggunakan kaca pembesarnya dengan cara memfokuskan cahaya menjadi kulit kebakar pada operator negara A dst dst… hehehe

    Bersambung…

    • O-O

      Salam Kang Senyum.
      Duuhhh…. banyak terimakasih dapat sumbangan tulisan dari akang, selanjutnya tulisan ini dipindahkan jadi topik tersendiri.
      Ayo…. dipersilahkan para saudara semua untuk menyumbangkan buah pikiran berupa tulisan atau gambar disini.
      Terimakasih.

    • senyum

      Salam pak komendan,
      Visi misi tiap manusia walau berbeda namun seharusnya tetap satu jua, seperti bhinneka tunggal ika, tan hana dhamma mangrwa… kira kira begitu… memang hidup akan selalu berbeda… warna dan terang cahayanyapun berbeda…

      Operator pencahayaan harus tahu ilmu untuk saling berbagi warna cahaya…
      Konstruksi senter atau lampu sorot panggung yang dipakai dalam pencahayaan itu seperti diketahui membutuhkan lensa untuk mengarahkan terang cahaya menjadi lebih terfokus dan terang… sesuai kebutuhan…
      Senter juga dipakai di flash light kamera… flashlight kamera memberikan pencahayaan yang tepat sesuai dengan rana atau bukaan cahaya kamera yang dibutuhkan…

      Nah bila tiap manusia operator penerangan lampu sorot itu mampu memainkan pencahayaan yang mampu bermain dengan hati tenang senang mau berbagi cahaya dan mengharmoniskan warna cahaya itu, maka akan menjadikan panggung pagelaran drama atau simfoni musik kehidupan di kloso bedah kehidupan menjadi lebih semarak bukan?

      Nah mengenai kaca pembesar itu pada prinsipnya adalah LENSA yang dibuat dengan fungsi yang sangat banyak, seperti alat pembesar untuk membaca tulisan lebih detail, juga dipakai pada mikroskop, kamera, flashlight, spion kendaraan bermotor dlsb…

      Jadi walau SENTER dan KACA PEMBESAR itu berbeda namun bila difungsikan SATU PAKET oleh operator2 yang baik benar lurus dan tidak punya intrik sesama operator dan punya kerjasama yang apik, maka kedua alat bantu kehidupan manusia itu akan menghasilkan alat yang dikatakan bekerja dengan baik.
      Paket alat tersebut bila diterjemahkan dari sisi kemanusiaan, bahwa dengan kerjasama yang apik itu akan menjadikan manusia lebih RAHARJO atau SEJAHTERA berbagi kasih sesama manusia (tata titi tentrem kerta raharjo)…

      Namun bila di sisi lain, dalam satu paket kehidupan manusia terjadi kondisi yang berbeda itu di jalani dan saling menyalahkan dan selalu berlawanan seperti Intrik atau ketidakpercayaan atau disharmoni atau menang sendiri atau serakah dlsb… atau kata lain tetap ingin MENGEKSPLOITASI NAFSU yang MERASA BERHAK dan PALING BENAR maka selanjutnya manusia akan menghadapi LEDAKAN MUSIBAH atau PERANG itu…

      Nah dalam paket kehidupan ini memang manusia bebas berkehendak dan memilih, tinggal pilih mana yang disukai SEJAHTERA BERSAMA atau PERANG SESAMA… kira kira begitu sambungannya komendan… peace deh ahhh.. 🙂

      Matursuwun

  10. Omie

    Salam pak Komendan, kang Senyum, simbah Wager, jeng Dewi, kang Nur, kang Pelayan, kang GP eh RA, kang JS… dll.
    Tulisan kang Senyum sangat bagus, sebuah bahasan tentang harmonisasi tujuan kebersamaan (win-win solution) atau disharmoni sesuai keinginan nafsu dan emosi kedua pihak yang akan membawa kehancuran pada keduanya (kalah jadi abu, menang jadi arang). Keadaan yang hampir mirip di postingan “lord of the flies” bedanya kejadian di Lord of the Flies adalah pertentangan “intern” dalam kelompok. https://leadershipprincipal.wordpress.com/2012/12/08/lord-of-the-flies-lucifer/
    Ah… kok ingin bikin tulisan cerita versi lain yaaa…. 🙂

  11. O-O

    Salam Kang Senyum, Kang Omie, Kang Wager, Cak JS, Ning Dewi,… Kang GP, dan sahabat lama yang lama tidak muncul…. Kang Pelayan dan Kang Sandi (semoga beliau tetap sehat).
    Terimakasih kiriman tulisannya, saya persiapkan editingnya.
    Kang Omie dan saudara yg lain….. ditunggu tulisannya.
    Nuwun.

  12. Ping-balik: Penyelesaian Konflik. | "Pagelaran Kloso Bedah"

  13. omie

    Salam pak Komendan, kang Lesung, eyang Wagerrr dan semuanya.
    Mohon maaf… saya hanya nyumbang komentar … memodifikasi cerita kang Lesung di topik ini.
    ——————————————-
    Ini versi abal-abal….. raja “A” pada cerita diatas… tidak mengirimkan “hero”nya ke kerajaan “B” untuk menghabisi raja “B” tetapi menyusupkan para telik sandi ke kerajaan “B” dengan misi menyebarkan berbagai issue negatif raja “B” pada lapisan rakyat klas bawah di kerajaan “B”. Urusan tiup meniup ini…. biar bau busuknya tidak tercium maka topik issue tiupan haruslah yang berbau “wangi/ harum” yaitu pengembalian kekuasaan kepada rakyat/ publik kerajaan “B” … Re-Publik… demi “kebebasan rakyat” agar dapat membentuk pemerintahan sendiri yang demokratis dengan langkah awal adalah pelengseran raja “B”. Pendekatan pada tokoh-tokoh pemuda aliran keras di kerajaan “B”, tokoh penting petinggi klas 2-3 (bawahan langsung para petinggi kerajaan “B”), tokoh agama, tokoh cendekiawan, tokoh idealis dan para prajurit klas kroco…. dihembuskan pula ada tokoh “Sang Pewaris” yang direstui “Dewa” untuk membawakan misi pengentasan penderitaan rakyat kerajaan “B”.
    ——————————————-
    Maaf komendan…. sementara cukup sampai disini dulu…. mungkin materi ini tidak menarik…. biar tidak mubazir nulis.
    piiiss deh ndan.

    • O-O

      Hmmm…. menarik ini kiriman tulisan, ditunggu kelanjutannya Kang Omie.. agar nanti bisa dibuatkan judul yang sesuai dengan isinya pada topik berikutnya.

      • omie

        Salam ndan…. ehmm..mohon dimaafkan… sementara kok otak ini belum menemukan rangkaian cerita lanjutannya yg runut… masih ruwet di otak mirip mie … saling mbundeli karena banyaknya alur cerita bermacam versi… nanti kalau sudah jelas alurnya saya kirimkan.
        Matursuwun.

      • O-O

        Salam Kang Omie… hehehe tak apa, pintu selalu terbuka kok.
        Sabarmenunggudotcom

Tinggalkan Balasan ke omie Batalkan balasan